Berita

Home / Berita
Mengapa Ali bin Abi Thalib Dibunuh? Ini Penjelasannya dari Sejarah Islam
Mengapa Ali bin Abi Thalib Dibunuh? Ini Penjelasannya dari Sejarah Islam
Sabtu, 02 Agustus 2025 20:10 WIB   |   Editor M.Rizal

Ali bin Abi Thalib RA adalah sepupu sekaligus menantu Rasulullah SAW, dan merupakan khalifah keempat dari Khulafaur Rasyidin. Ia dikenal sebagai sosok yang cerdas, adil, dan pemberani. Namun, pada 19 Ramadhan 40 H (661 M), ia ditikam saat hendak memimpin salat Subuh di Masjid Kufah oleh seorang bernama Abdurrahman bin Muljam. Mengapa tokoh semulia itu dibunuh? Berikut penjelasan berdasarkan fakta sejarah.

1. Latar Belakang Politik Pasca Perang Jamal dan Shiffin

Setelah terbunuhnya Utsman bin Affan, umat Islam mengalami masa penuh gejolak. Ali terpilih sebagai khalifah, namun sebagian pihak—termasuk Muawiyah bin Abu Sufyan—menolak mengakui kekhalifahannya sebelum pembunuh Utsman diadili.

Ketegangan memuncak dalam dua konflik besar: Perang Jamal (melibatkan Aisyah RA, Thalhah, dan Zubair) dan Perang Shiffin (melawan Muawiyah RA). Dalam Perang Shiffin, saat hampir menang, pasukan Muawiyah mengangkat mushaf di ujung tombak untuk meminta arbitrase (tahkim).

2. Munculnya Kelompok Khawarij

Sebagian pendukung Ali menolak keputusan tahkim, karena menganggap bahwa hukum hanya milik Allah, bukan manusia. Mereka keluar dari barisan Ali dan membentuk kelompok yang dikenal sebagai Khawarij.

Khawarij menganggap Ali, Muawiyah, dan Amr bin Ash telah "berdosa besar" karena menerima tahkim, dan oleh karena itu wajib dibunuh. Mereka menyusun rencana pembunuhan terhadap ketiganya sekaligus.

3. Abdurrahman bin Muljam dan Aksi Pembunuhan

Abdurrahman bin Muljam adalah salah satu dari kelompok Khawarij yang mendapat tugas membunuh Ali bin Abi Thalib. Ia menyusup ke Kufah dan menunggu waktu yang tepat. Pada tanggal 19 Ramadhan, saat Ali menuju masjid untuk mengimami salat Subuh, ia ditikam dengan pedang beracun.

Ali terluka parah dan wafat dua hari kemudian, tepatnya pada 21 Ramadhan 40 H (661 M).

4. Motivasi dan Keyakinan Ekstrem Khawarij

Khawarij dikenal karena pemikiran ekstrem dan mudah mengkafirkan sesama Muslim yang tidak sependapat dengan mereka. Mereka menganggap pembunuhan atas nama penegakan hukum Allah sebagai jihad, meskipun yang dibunuh adalah sahabat utama Rasulullah SAW.

5. Pelajaran dari Peristiwa Ini

Pentingnya menghindari fanatisme dan ekstremisme agama.

Dampak dari konflik politik yang tak diselesaikan dengan hikmah bisa merusak persatuan umat.

Bahaya interpretasi agama yang dangkal dan tidak berdasar.

Bagikan artikel ini:
Komentar

Belum ada komentar.

Tinggalkan Komentar